Suatu hari, setelah beberapa hari buku ke-2 ku “Kelahiran Sang Juru S'lamat - Buddha Penyelamat Dunia” terbit dan disebarkan.
Aku kembali mengalami pencapaian dalam meditasi. Saat aku duduk bermeditasi pagi itu, dengan sendirinya aku mengatur nafas. Menarik nafas dan menahan nafasku di bawah pusar, setelah tidak bisa menahannya aku membuang nafas perlahan melalui hidung. Dengan sendirinya aku mengulang teknik pernafasan itu sampai beberapa kali. Setelah itu aku kembali bernafas normal.
Dalam sekejap muncul sinar sangat terang dan kurasakan prana/chi naik dari cakra pusar menuju ke cakra dahi, tapi cakra mahkotaku terbuka lebih dulu sebelumnya dan satu tubuh Dharmakayaku duduk di Teratai serta memegang Toya Burung Hong yang agak besar muncul.
Lalu cakra dahiku juga terbuka dan dorongan kuat berupa sinar-sinar keluar berpencar dan berubah menjadi tubuh Dharmakayaku yang lain, aku merasakan dorongan kuat dari cakra dahiku itu sampai 4 kali, dan setiap kali sinar keluar dari cakra dahi selalu berubah menjadi tubuh Dharmakayaku yang berukuran agak kecil, tapi terpencar dan melesat pergi dengan cepat entah kemana. Setelah beberapa lama cakra dahiku kembali bereaksi dan menyedot tubuh-tubuh Dharmakayaku yang dikeluarkan tadi sebanyak 4 kali pula. Setelah itu satu tubuh Dharmakayaku yang agak besar masuk kembali melalui cakra mahkota.
Awalnya aku tidak mengerti, selama beberapa hari aku mengalami hal yang sama dalam meditasi. Saat pertama kali aku tidak tahu kemana perginya tubuh-tubuh Dharmakayaku itu, tapi setelah beberapa hari aku sudah bisa mengikuti kemana mereka pergi.
Ternyata tubuh-tubuh Dharmakayaku itu pergi mendatangi orang-orang yang sedang membaca mantera hatiku. Aku melihat ada orang yang menjapa mantera hatiku dengan posisi tiduran, ada yang sambil bersandar di dinding, ada juga yang berkonsentrasi menjapanya.
Dan anehnya setiap tubuh Dharmakayaku yang muncul di tempat orang-orang tersebut, menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Tubuh Dharmakayaku akan segera pergi saat melihat orang tersebut tidak serius membaca mantera hatiku itu, tapi tubuh Dharmakayaku itu segera memberkati saat melihat ada orang yang berkonsentrasi membaca mantera hatiku itu.
Guru Sejatiku mengatakan bahwa aku telah mencapai tingkatan membelah tubuh, karena buku ke-2 yang berisi mantera hatiku sudah keluar, sehingga pencapaian ini aku dapatkan.
Aku bertanya pada Guru Sejatiku, apakah membelah tubuh seperti itu dan apakah setiap kali orang membaca mantera hatiku, aku akan melewati proses membelah tubuh seperti itu?
Guru Sejatiku menjawab; Proses itu hanya sementara saja agar aku tahu dan paham apa yang terjadi di saat ada orang yang menjapa mantera hatiku, tapi setelah beberapa lama semua akan berjalan secara spontan, tubuh Dharmakayamu yang telah bisa membelah diri itu akan bergerak dengan sendirinya.
Aku baru mengerti apa yang ku alami dan baru merasakan seperti apa rasanya bisa membelah tubuh itu, semua Buddha-Bodhisattva telah mencapai tingkatan itu, karena dengan bisa membelah tubuh itulah Buddha-Bodhisattva bisa muncul dimana saja untuk memberkati dan menolong manusia, walaupun tempatnya berbeda dan berjauhan.
Buddha-Bodhisattva akan datang secepat kilat, setelah memberkati dan menolong akan pergi secepat kilat juga. Aku mengetahui kehadiran Buddha-Bodhisattva dari sinar-sinar yang muncul di kamera foto, sinar itu turun dari langit seperti meteor, setelah mencapai bumi sinar itu membesar dan berbentuk lingkaran, setelah selesai sinar itu akan kembali mengecil dan naik lagi kelangit dengan cepatnya.
Tapi sinar-sinar yang terlihat di foto memiliki isi yang berbeda, ada yang berisi mantera, mandala serta wujud Buddha-Bodhisattva serta memiliki warna dan bentuk yang berbeda. Sinar-sinar yang bisa terlihat di foto ada juga sinar roh-roh leluhur atau sinar roh-roh kegelapan.
Awalnya aku mengira semua sinar-sinar itu sama dan hanya sinar-sinar Buddha/ Bodhisattva, tapi setelah diteliti dengan mata batin dan ku pelajari, ternyata sinar-sinar dari alam kegelapan juga hampir menyerupai sinar Roh Buddha-Bodhisattva.
Sinar-sinar itu bisa berada dimana saja, tapi masing-masing sinar roh itu punya bentuk/isi dan aura yang berbeda, orang yang belum memiliki mata batin dan belum bisa merasakan aura tidak bisa membedakannya.
Sebelumnya aku pernah meragukan sinar-sinar yang muncul, hampir setiap ritual yang kulakukan muncul sinar-sinar di foto. Tapi saat aku membuka internet dan melihat salah satu foto yang ada sinar-sinar seperti itu di suatu tempat yang berbeda, dan kupikir situasi di foto itu tidak layak dan terkesan vulgar, tapi bisa ada sinar-sinarnya juga. Melihat itu aku sempat sedih dan bertanya-tanya dalam hati, apakah Buddha/Bodhisattva juga datang dan memberkati tempat seperti itu.
Setelah mendapatkan petunjuk dan mempelajarinya aku baru tahu bahwa ada perbedaan sinar-sinar yang muncul di foto. Pencapaian tingkatan dalam meditasiku itu, muncul dengan sendirinya tanpa aku harapkan. Mungkin itu reaksi dari ketulusan hatiku menjalankan Dharma Buddha dan tetap teguhnya aku dalam menjalani jalan Bodhisattva.
Aku baru mengerti mengapa dari awal aku sudah diarahkan untuk mengucapkan sumpah Boddhi/Ikrar, karena dengan mengucapkan sumpah Boddhi/Ikrar itulah, segala pencapaian dalam meditasi bisa muncul dengan sendirinya.
Dan aku mendapatkan dukungan penuh dari para Buddha-Bodhisattva, dan Buddha-Bodhisattva selalu melengkapi kekurangan dalam diriku, sehingga aku mendapatkan kelebihan yang bisa aku manfaatkan untuk jalan Dharma.
Seorang pembina diri seharusnya tulus hati, berusaha mengendalikan diri dari amarah, meredam ego dan ke-aku-an, menjernihkan hati dan pikiran, menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, menjalankan sila dan berbuat kebajikan.
Dan satu hal yang lebih penting adalah mengucapkan sumpah Boddhi/Ikrar dihadapan para Buddha, Bodhisattva, Dharmapala, Dewa dan Dakini untuk kebahagiaan semua makhluk dan teguh menjalani jalan Dharmanya. Karena dengan melakukan hal itulah, seorang pembina diri baru bisa mencapai pencerahan dan terus mengalami kenaikan tingkat dalam spiritualnya.
Filsafat :
Ketika hati mulai goyah, haruslah menjaga agar tetap di tempatnya
Jika hati mulai mengembara, akan sulit menarik kembali ke tempatnya
Tidak bisa selamanya tenggelam, tidak bisa selamanya tidak peduli
Karena waktu tidak bersahabat, akan selalu meninggalkan kita.
Ajaran Buddha :
Kita harus teguh dalam menjalani pembinaan diri
Sekecil apapun godaan yang datang, tak boleh mengabaikannya
tidak boleh juga membiarkannya,
harus berusaha mengatasi cobaan itu sampai hilang tak berbekas
Karena cobaan kecil akan menjadi malapetaka besar
sehingga tak bisa kembali pada jalan yang benar.