Halaman

HUJAN BERKAH DI HARI WAISAK



Hari ini adalah hari perayaan Waisak yang pertama kali diadakan di cetya Sukhavati Prajna sejak berdiri. Umat yang datang juga lumayan banyak, sampai tempat penuh sekali, cetya sudah tidak bisa menampung umat yang datang beribadah.


Sepertinya cetya sudah harus diperluas agar para umat bisa lebih nyaman beribadah. Tapi dana cetya tidaklah memadai untuk perluasan. Buddha Empat Muka / Se Mien Fo, sudah meminta untuk memasang altarnya di seberang cetya, tapi entah rumah diseberang cetya itu bisa dibeli atau tidak, jika melihat dana cetya sepertinya tidak mungkin. Karena pemiliknya ingin segera menjualnya.


Apakah harapan Buddha-Bodhisattva bisa terwujud melalui Cetya Sukhavati Prajna ini ?. Perkembangan kawasan cetya sudah banyak kemajuan, jalan-jalan di sekeliling sudah dalam tahap perbaikan dan pelebaran. 


Yang dulunya daerah cetya selalu banjir, tapi sudah tiga tahun ini tidak mengalami kebanjiran lagi. Perizinan cetya juga sudah didapat, sehingga bisa menjalankan acara keagamaan dengan lebih tenang.


Tapi dengan semakin berkembangnya Cetya Sukhavati Prajna, usaha yang aku jalankan selama ini malah tidak berjalan dengan baik, sebenarnya Guru Sejatiku dan para Dewa sudah meminta aku untuk melepaskan usaha dan berkonsentrasi dalam pembinaan diri dan membabarkan dharma, aku berusaha selalu mengulur waktu dan tidak menjalankan petunjuk mereka, dan masih berusaha mempertahankan usahaku itu.


Aku tahu, saat awal aku mulai melatih diri aku masih bisa menjalankan usaha dengan baik karena belum ada cetya, tapi sekarang setelah berdiri cetya dan segala kegiatan berjalan, waktu untukku berkonsentrasi usaha tidak ada sama sekali, segala perhatian kucurahkan sebagian besar untuk rutinitas kegiatan cetya, walaupun tetap menyempatkan untuk berusaha.


Tapi semakin lama, apapun tidak berjalan dengan baik.  Pembinaan diriku tidak terkonsentrasi, dan usaha juga mengalami penurunan. Pesanan pelanggan selalu saja masuk, tapi sumber untuk membeli barang tertutup semua. Sepertinya tidak ada jalan lagi untukku berusaha duniawi. Tapi walaupun begitu aku tetap berusaha menjalani keduanya dan belum mau mengikuti petunjuk Guru Sejatiku.


Di hari waisak ini, aku mengira bisa membawa pulang ayah mertua dari rumah sakit agar bisa ikut merayakan waisak di cetya, tapi ternyata dokter tidak mengijinkan. Rasanya aku tak sanggup untuk mempersiapkan hari waisak ini, tapi Guru Sejati dan Pu Xian Pusa meminta agar aku bisa mempersiapkannya dengan baik.


Memang tidak mungkin kalau aku tidak mengadakan acara waisak karena disini adalah cetya. Akhirnya aku mempersiapkan seadanya, banyak umat yang membantu dari dekorasi sampai konsumsi sudah ditangani dengan baik, acara waisak berjalan dengan sempurna dan hari ini ada beberapa umat yang mendapatkan nama Buddha.


Hari ini dalam meditasi aku melihat 9 Naga Emas meluncur dengan cepat seperti kereta kuda, dibelakangnya menarik seorang Buddha yang duduk di atas teratai, Buddha itu tangannya terangkat dan dari tangannya memancarkan cahaya emas memberkati para umat yang hadir di cetya dari belakang sampai depan, sinarnya itu merata mengenai umat seperti cahaya mesin fotokopi saja.



Lalu aku melihat satu Naga meluncur cepat dan berhenti di dekatku, lalu ada sebuah mahkota yang mirip topi perang model tiongkok dan Buddha di atas teratai itu memakaikan mahkota itu ke kepalaku. Lalu Pu Xian Pusa datang dan berkata : 


“Desi, kau telah menjalankan tugasmu dengan baik, walau keteguhan hatimu belum begitu kuat, namun sampai saat ini kau selalu menjalankan petunjuk dengan baik. Kau telah diangkat Buddha Sakyamuni sebagai Buddha Perang dan mendapatkan mahkota dari alam Buddha serta tunggangan seekor Naga emas. 


Dengan memegang Toya Burung Hong di tangan kiri dan memegang Vajra di tangan kanan, menunggangi seekor Naga emas dan memakai mahkota Buddha perang, itu akan menjadi wujudmu. Kau akan melawan kejahatan dan segala gangguan dari alam kegelapan dan telah mendapat gelar baru, yaitu VA. Varita Sukhavati Prajna Cakravartin. Yang artinya: Pemimpin Wanita Pertama Pembawa Aliran Tantra Bernama Sukhavati Prajna yang Maha Dahsyat. 


Mulai hari ini japalah Mantera Cintamani Cakravartin.” 


“Terima kasih Pu Xian Pusa.”


“Setelah acara Waisak di cetya selesai, bawalah perlengkapan mandi rupang Buddha Sakyamuni ke rumah sakit agar ayah mertuamu bisa ikut pemandian rupang Buddha.”

“Baiklah.” Tepat pukul 9 malam, saat aku sedang mendapat petunjuk dari Pu Xian Pusa, hujan turun agak deras, aku merasakan perubahan tubuh dan aura yang begitu kuat, Pu Xian Pusa berkata kepadaku: 


“Desi, banyak Buddha Bodhisattva yang turun untuk memberkati umat cetya Sukhavati Prajna di hari Waisak ini. Hari ini adalah hujan berkah.”


Setelah berkata Pu Xian Pusa pergi. Setelah aku keluar dari meditasi, umat menanyakan ada apa, aku katakan yang sebenarnya kepada mereka kalau Buddha-Bodhisattva banyak yang turun memberkati, jadi hujan yang turun saat ini adalah hujan berkah.


Mendengar perkataanku itu mereka senang sekali, dan meminta izinku untuk mandi hujan berkah. Aku mengizinkan mereka karena aku percaya, walaupun mereka mandi hujan di malam hari mereka tidak akan sakit, karena ini bukan hujan biasa, pasti para Buddha-Bodhisattva melindungi mereka semua.


Mereka semua begitu bahagia di malam Waisak hari ini, bermandi hujan berkah, walaupun sesungguhnya aku masih menyimpan kesedihan untuk ayah mertua, aku berusaha untuk ikut bergembira bersama mereka. Aku mengabadikan momen hujan berkah itu, banyak sekali sinar-sinar yang turun dari langit dengan berbagai macam bentuk. Melihat hal itu membuat para umat semakin bersemangat dan bergembira.



Filsafat :

Begitu banyak dendam yang membara,
tak lebih banyak dari kekesalan alam
Begitu banyak kesedihan yang melanda
tapi tak sebanyak dan sebesar luka dan derita alam
Hati yang pilu, siapa yang tahu
tak ada yang bisa memahami keinginan alam yang sesungguhnya.



Ajaran Buddha :

Bahwa kita hidup harus saling mengerti, ada dan tiada sama artinya
untuk apa terlalu dirisaukan, untuk apa pula dikhawatirkan
kebodohan manusia melekat pada dunia fana
membuat semakin buta dan semakin piciknya pemikiran manusia
selalu saja mengalami keterikatan pada bentuk fisik
yang pada akhirnya lenyap
Sungguh bodoh dan tidak berpengetahuan.