Akhirnya Shadana Raja Naga yang kali pertama dapat diadakan juga di cetya Sukhavati Prajna, permintaan dari Raja Naga sendiri telah terwujud hari ini.
Kami telah mengadakan Ritual Api Homa dan Shadana Raja Naga selama 9 hari. Permintaan Raja Naga ini sudah agak lama, bahkan sebelum cetya Sukhavati Prajna berdiri. Saat Raja Naga meminta untuk mengadakan Shadana kepadanya itu, aku tidak tahu apakah bisa terwujud, karena aku tidak ada pengalaman dalam hal ini, dan segala perlengkapannya juga tidak ada, baik itu sutra Raja Naga ataupun tungku Homanya.
Aku tidak tahu bisa mendapatkan perlengkapan itu dari mana, aku tidak bisa meminta bantuan orang luar untuk mencarikan perlengkapan itu karena tidak ingin timbul pembicaraan yang tidak enak diluar.
Tapi entah kenapa, setelah cetya berdiri dan kegiatan sudah berjalan dengan rutin, dengan sendirinya perlengkapan itu satu persatu kudapatkan, bahkan tanpa aku berusaha mencarinya. Saat ini semua perlengkapan sudah lengkap, hingga aku harus menjalankan amanat Raja Naga untuk menyelenggarakan Shadana padanya selama 9 hari di cetya.
Pada hari ke-4 Shadana Raja Naga, aku merasakan perubahan roh dalam diriku. Aku segera bermeditasi. Aku melihat sesuatu yang bersayap dan ekornya lancip, ternyata itu Burung Walet. Aku melihat Burung Walet itu keluar masuk di satu sarang yang ada di atap bagian luar, bentuk atap rumah itu rasanya kukenal. Walet yang kulihat tadi berkata :
“Desi, aku Walet.”
“Walet, kenapa ada di tempat ini, apa tidak ada sarang dan tempat khusus ?”
“Sebenarnya dulu kami tinggal di atas pohon, tapi karena banyak kelelawar yang datang dan mendominasi, sehingga kami tidak bisa tinggal di pohon.”
“Dari mana asal kalian ?”
“Sebenarnya kami adalah Dewa-Dewi Khayangan.”
“Kenapa bisa menjadi Walet ?”
“Karena kami berbuat kesalahan, kami melalaikan tugas kami dan sering sembunyi-sembunyi tanpa izin pergi ke alam lain, sehingga di saat kami hendak kembali ke langit, kami tidak diperkenankan lagi dan diturunkan menjadi Burung Walet.”
“Begitu.”
“Ya, di saat kami tidak punya tempat tinggal dan terusir dari kelelawar kami akhirnya tinggal di rumah-rumah buatan manusia. Awalnya ada manusia yang baik memberikan tempat bagi kami, akhirnya kami jadi tinggal dan berkembang biak di rumah buatan manusia. Karena itulah kami ingin membalas kebaikan manusia tersebut dan memberikan rejeki dengan air liur kami.”
“Apa semua manusia bisa mendapatkan rejeki dari Walet.”
“Tidak. Hanya mereka yang telah menanam karma baik yang bisa mendapat rejeki dari kami. Orang banyak berpikir bisa kaya karena pakar dan paham mengenai kami, tapi sebenarnya adalah karena orang tersebut mempunyai karma baik sehingga baru bisa mendapatkan rejeki dari kami.”
“Seperti itu ya.”
“Kami berkembang biak seperti pada umumnya, anak-anak yang kami lahirkan semua berasal dari Dewa-Dewi yang punya kesalahan yang sama.”
“Bagaimana bisa mengetahui orang yang akan kalian bantu itu punya karma baik ?”
“Kami sebelumnya adalah Dewa, jadi kami punya insting akan hal itu.”
“Oh iya ya.”
“Desi, banyak manusia yang melatih dirinya untuk menjadi Dewa, sebenarnya menjadi Dewa tidaklah sebaik yang mereka pikirkan, seharusnya mereka melatih diri untuk menjadi Buddha dan tidak menjadi Dewa.”
“Ya, memang seharusnya begitu. Tapi tetap saja banyak manusia yang bangga diri atas kelebihan yang dimiliki, padahal kelebihannya itu hanya bisa membuatnya menjadi Dewa.”
“Ya. Itulah kebodohan manusia. Semoga kau bisa menjalankan amanat dengan baik.”
“Terima kasih petunjuknya.”
Lalu aku keluar dari meditasi.