Hari ini, seperti biasa aku pergi ke alam binatang, kali ini aku seperti masuk ke dalam tanah dan melihat ada banyak binatang yang bergerak-gerak, aku kira gerombolan semut, ternyata bukan, itu adalah gerombolan rayap, bentuknya hampir seperti jangkrik, tapi lebih kecil.
Rayap-rayap itu seperti sedang sibuk, berjalan kesana kemari. Lalu aku menyusuri celah lubang tanah itu semakin ke dalam, aku melihat sesuatu yang agak besar, bentuknya seperti ulat yang gemuk, aku geli melihatnya, tapi entah kenapa aku berhenti di depan nya dan binatang yang seperti ulat gemuk itu bicara padaku;
“Desi, aku Ratu Rayap. Kau telah berada di Alamku“
“Kau Ratu Rayap ? mengapa bentukmu aneh sekali, tidak seperti rayap tapi seperti ulat ?”
“Desi, aku adalah Ratu di Alam Rayap ini, kerjaku hanya makan, tidur dan kawin saja. Tidak ada yang aku kerjakan, aku amat menderita karena tidak bisa bergerak kemana-mana.”
“Kenapa begitu, bagaimana ada alam ini?”
“Desi, sesungguhnya aku adalah Dewi di Nirwana, tapi karena aku menginginkan kenikmatan di dunia manusia, aku secara diam-diam turun ke bumi menikmatinya, berubah diri menjadi manusia dan bergaul dengan banyak laki-laki, hanya bersenang-senang saja. Suatu kali perbuatanku diketahui oleh Raja Langit, sehingga aku dihukum terlahir di alam rayap ini dan menjadi Ratu Rayap.”
“Lalu bagaimana dengan rayap yang lain?”
“Ratu Rayap hanya satu, tapi ada rayap penjaga dan rayap pekerja. Mereka semua asalnya dari manusia, khususnya laki-laki yang suka berhubungan dan bersenang-senang dengan wanita tuna susila, sehingga mereka semua terlahir di alam rayap ini menjadi pekerja dan penjaga.”
“Apakah kau menjadi Ratu selamanya di alam rayap ini?”
“Tidak, Ratu Rayap bisa berganti-ganti. Karena Ratu Rayap kerjanya hanya kawin dan dikawini oleh banyak rayap lain, makan sampai gemuk dan melahirkan rayap-rayap kecil, setelah melahirkan Ratu Rayap akan dibunuh oleh rayap lain. Begitulah nasib Ratu Rayap, dan akan di ganti oleh Ratu Rayap yang lain.”
“Dari mana didapatkan Ratu Rayap sebagai gantinya ?”
“Lahir dari Ratu Rayap sendiri, biasanya akan ada beberapa rayap wanita, tapi sepertinya insting rayap pekerja dan penjaga amat kuat, jadi hanya memilih satu rayap wanita saja sebagai ratunya dan rayap wanita yang tidak terpilih akan dibunuh.”
“Kenapa begitu ?”
“Dunia rayap hanya perlu satu rayap dan satu Ratu Rayap bisa melahirkan banyak anak-anak rayap.”
“Oh begitu“
“Ya, seperti itulah kehidupan dunia kami, sesuai dengan hukum karma yang kami jalani.”
“Berapa lama kehidupan sebagai Ratu Rayap ?“
“Tidak lama, hanya dalam hitungan bulan.“
“Setelah itu terlahir di alam apa ?”
“Ke alam manusia.”
“Oh ...”
“Desi, kau harus memberitahukan mengenai alam ini pada manusia, jangan berhubungan dengan wanita tuna susila karena akan terlahir di alam ini.”
Demikianlah perbincanganku dengan Ratu Rayap, awalnya aku geli melihat wujudnya, tapi setelah mendengar ceritanya itu aku menjadi terharu dan ikut bersedih atas penderitaannya.
Baik Dewa maupun manusia, tetap akan mengalami tumimbal lahir dan menjalankan hukum karma, walaupun kehidupan di dua alam ini sudah termasuk beruntung, semua tergantung Dewa atau manusia itu sendiri, semua perlu kebajikan yang harus dikumpulkan, karena akan mendapatkan pahala dan terhindar dari hukum karma.
Menjadi Dewa pun tidak selalu baik, karena Dewa pun ada tingkatannya. Tingkatan itu dihitung berdasarkan amal kebajikan mereka juga saat masih menjadi manusia.
Jadi intinya, dengan menjadi manusialah baru bisa mempunyai kesempatan besar untuk mengumpulkan pahala kebajikan, tapi amat disayangkan, hidup manusia tidaklah lama di zaman sekarang ini, bisa hidup sampai 80 tahun itu sudah sangat beruntung, zaman sekarang kebanyak an manusia mengalami mati muda, baru usia 40 thn – 50 tahun sudah mati.
Banyak orang berkata, masih muda jangan banyak baca mantera dan menghabiskan waktu untuk menjalankan Dharma, harusnya selagi masih muda harus dinikmati karena kalau sudah tua tidak bisa lagi menikmati hidup, kalau masih muda sudah menjauhkan diri dari kesenangan duniawi itu namanya menyia-yiakan hidup. Aku sering kali mendengar perkataan seperti itu, bahkan perkataan itu keluar dari orang yang beragama Buddha, dan lebih parahnya lagi perkataan itu bisa keluar dari mulut orang tua yang menasehati anaknya sendiri.
Kita terlahir di dunia ini, apa yang telah kita lakukan? makan, tidur, sekolah, bekerja, bersenang-senang, menikah, punya anak, sakit, tua dan lalu mati. Apa yang bisa didapat dari semua itu? kita kembali mengalami tumimbal lahir dan terus mengalami penderitaan. Apakah harta duniawi dan kesenangan duniawi bisa kita bawa saat kita mati ?
Biasanya manusia baru bisa mendapatkan pencerahan jika sudah mengalami penderitaan dan kesulitan hidup, jika mereka belum mengalaminya mereka tidak memperdulikan semua itu dan hanya menganggap angin lalu saja. Jika sudah terjatuh dan terjerumus, menyesalpun tidak ada gunanya.
Rayap-rayap itu seperti sedang sibuk, berjalan kesana kemari. Lalu aku menyusuri celah lubang tanah itu semakin ke dalam, aku melihat sesuatu yang agak besar, bentuknya seperti ulat yang gemuk, aku geli melihatnya, tapi entah kenapa aku berhenti di depan nya dan binatang yang seperti ulat gemuk itu bicara padaku;
“Desi, aku Ratu Rayap. Kau telah berada di Alamku“
“Kau Ratu Rayap ? mengapa bentukmu aneh sekali, tidak seperti rayap tapi seperti ulat ?”
“Desi, aku adalah Ratu di Alam Rayap ini, kerjaku hanya makan, tidur dan kawin saja. Tidak ada yang aku kerjakan, aku amat menderita karena tidak bisa bergerak kemana-mana.”
“Kenapa begitu, bagaimana ada alam ini?”
“Desi, sesungguhnya aku adalah Dewi di Nirwana, tapi karena aku menginginkan kenikmatan di dunia manusia, aku secara diam-diam turun ke bumi menikmatinya, berubah diri menjadi manusia dan bergaul dengan banyak laki-laki, hanya bersenang-senang saja. Suatu kali perbuatanku diketahui oleh Raja Langit, sehingga aku dihukum terlahir di alam rayap ini dan menjadi Ratu Rayap.”
“Lalu bagaimana dengan rayap yang lain?”
“Ratu Rayap hanya satu, tapi ada rayap penjaga dan rayap pekerja. Mereka semua asalnya dari manusia, khususnya laki-laki yang suka berhubungan dan bersenang-senang dengan wanita tuna susila, sehingga mereka semua terlahir di alam rayap ini menjadi pekerja dan penjaga.”
“Apakah kau menjadi Ratu selamanya di alam rayap ini?”
“Tidak, Ratu Rayap bisa berganti-ganti. Karena Ratu Rayap kerjanya hanya kawin dan dikawini oleh banyak rayap lain, makan sampai gemuk dan melahirkan rayap-rayap kecil, setelah melahirkan Ratu Rayap akan dibunuh oleh rayap lain. Begitulah nasib Ratu Rayap, dan akan di ganti oleh Ratu Rayap yang lain.”
“Dari mana didapatkan Ratu Rayap sebagai gantinya ?”
“Lahir dari Ratu Rayap sendiri, biasanya akan ada beberapa rayap wanita, tapi sepertinya insting rayap pekerja dan penjaga amat kuat, jadi hanya memilih satu rayap wanita saja sebagai ratunya dan rayap wanita yang tidak terpilih akan dibunuh.”
“Kenapa begitu ?”
“Dunia rayap hanya perlu satu rayap dan satu Ratu Rayap bisa melahirkan banyak anak-anak rayap.”
“Oh begitu“
“Ya, seperti itulah kehidupan dunia kami, sesuai dengan hukum karma yang kami jalani.”
“Berapa lama kehidupan sebagai Ratu Rayap ?“
“Tidak lama, hanya dalam hitungan bulan.“
“Setelah itu terlahir di alam apa ?”
“Ke alam manusia.”
“Oh ...”
“Desi, kau harus memberitahukan mengenai alam ini pada manusia, jangan berhubungan dengan wanita tuna susila karena akan terlahir di alam ini.”
Demikianlah perbincanganku dengan Ratu Rayap, awalnya aku geli melihat wujudnya, tapi setelah mendengar ceritanya itu aku menjadi terharu dan ikut bersedih atas penderitaannya.
Baik Dewa maupun manusia, tetap akan mengalami tumimbal lahir dan menjalankan hukum karma, walaupun kehidupan di dua alam ini sudah termasuk beruntung, semua tergantung Dewa atau manusia itu sendiri, semua perlu kebajikan yang harus dikumpulkan, karena akan mendapatkan pahala dan terhindar dari hukum karma.
Menjadi Dewa pun tidak selalu baik, karena Dewa pun ada tingkatannya. Tingkatan itu dihitung berdasarkan amal kebajikan mereka juga saat masih menjadi manusia.
Jadi intinya, dengan menjadi manusialah baru bisa mempunyai kesempatan besar untuk mengumpulkan pahala kebajikan, tapi amat disayangkan, hidup manusia tidaklah lama di zaman sekarang ini, bisa hidup sampai 80 tahun itu sudah sangat beruntung, zaman sekarang kebanyak an manusia mengalami mati muda, baru usia 40 thn – 50 tahun sudah mati.
Banyak orang berkata, masih muda jangan banyak baca mantera dan menghabiskan waktu untuk menjalankan Dharma, harusnya selagi masih muda harus dinikmati karena kalau sudah tua tidak bisa lagi menikmati hidup, kalau masih muda sudah menjauhkan diri dari kesenangan duniawi itu namanya menyia-yiakan hidup. Aku sering kali mendengar perkataan seperti itu, bahkan perkataan itu keluar dari orang yang beragama Buddha, dan lebih parahnya lagi perkataan itu bisa keluar dari mulut orang tua yang menasehati anaknya sendiri.
Kita terlahir di dunia ini, apa yang telah kita lakukan? makan, tidur, sekolah, bekerja, bersenang-senang, menikah, punya anak, sakit, tua dan lalu mati. Apa yang bisa didapat dari semua itu? kita kembali mengalami tumimbal lahir dan terus mengalami penderitaan. Apakah harta duniawi dan kesenangan duniawi bisa kita bawa saat kita mati ?
Biasanya manusia baru bisa mendapatkan pencerahan jika sudah mengalami penderitaan dan kesulitan hidup, jika mereka belum mengalaminya mereka tidak memperdulikan semua itu dan hanya menganggap angin lalu saja. Jika sudah terjatuh dan terjerumus, menyesalpun tidak ada gunanya.