Halaman

ALAM LUMBA-LUMBA



Saat aku pergi ke alam lumba-lumba, aku baru mengetahui kalau sebelumnya mereka berasal dari alam manusia yang berbuat kesalahan, suka mencurigai orang lain dan berpandangan negatif terhadap orang lain, meskipun hal-hal yang lain dijalani dengan baik, tapi tetap terlahir menjadi lumba-lumba. 


Karena sifat menolong masih ada, kadang di alam lumba-lumba, mereka menolong orang yang tenggelam dan tidak menyakiti makhluk lain. 


Kehidupan di alam lumba-lumba hanya beberapa tahun saja dan setelah itu akan terlahir ke alam manusia lagi.


Katanya lubang di kepala mereka adalah sebagian dari pencapaian kebajikan yang dilakukan yang mestinya menjadi mata ketiga, tapi karena kesalahan itulah mereka tidak bisa mencapai alam yang lebih baik.


Kelihatannya kesalahan yang mereka lakukan hanya sepele saja. Tapi menjaga pikiran sangatlah penting, harus benar-benar bersih dari hal-hal negatif agar perjalanan ke alam yang lebih baik tidak terhambat.


Aku baru menyadari hal itu, ternyata bukan hanya perbuatan jahat saja yang berakibat karma buruk, terlahir di alam binatang. Tapi pikiran yang jahat juga bisa mengakibatkan terlahir di alam binatang. 



Walaupun masih ada perbuatan lain yang baik, tapi kurangnya ketulusan hati bisa menimbulkan akibat yang tidak baik juga.  Karena itu hati dan pikiran harus selalu di bina, agar secara perlahan bisa introspeksi diri menjadi lebih baik.



Yang terlahir di Alam Ulat Kaki Seribu juga seperti itu, asalnya juga dari alam manusia yang berbuat kesalahan, mereka suka berbohong, berdalih dan tidak jujur. 


Kehidupan di alam ulat kaki seribu hanya beberapa hari saja, setelah itu akan menjadi manusia lagi, tubuhnya yang suka melingkar jika tersentuh sesuatu adalah bentuk rasa malu pada diri sendiri dan takut pada orang lain atas kesalahannya itu. 



Yang terlahir di Alam Gajah, asalnya adalah manusia yang serakah, suka menguping dan berbohong. 



Yang terlahir di Alam Kepiting, asalnya dari manusia yang suka mudah marah, emosian dan dendam pada seseorang yang sangat dalam. 



Yang terlahir menjadi Ikan Paus agak berbeda, mereka berasal dari alam Dewa yang sebelumnya adalah Prajurit di Langit.  Karena berbuat kesalahan, mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan yang lain, hingga dihukum di alam Ikan Paus. 


Hidup ikan paus lebih lama, sampai ratusan tahun, setelah mati akan terlahir menjadi manusia. Ikan Paus yang aku datangi sangat senang, karena pada setiap zaman jarang sekali ada orang yang bisa sampai tahap sepertiku.


Apa yang kulakukan bisa memberikan kebaikan bagi manusia, binatang dan Dewa. Bisa memberikan pencerahan dan juga motivasi bagi 3 alam ini.


Ikan Paus itu mengatakan kalau; Buku-buku yang aku tulis akan bisa merubah hati manusia yang berbuat jahat, Alam Binatang akan tertolong dan bisa mengerti dan menyadari kesalahan mereka. Dan alam Dewa akan takjub karena ada manusia yang bisa seperti itu. 



Dari Perjalanan Astralku ke beberapa Alam Binatang belakangan ini, membuat aku mengerti, mengapa manusia dan Dewa mengalami tumimbal lahir terus menerus, mereka sudah banyak kali bertumimbal lahir, kadang di alam binatang, kadang di alam manusia, kadang di alam neraka, jarang sekali Dewa atau manusia yang dengan segera bisa kembali ketempat asalnya, malah terjebak dalam lingkaran kelahiran dan kematian.



Semua itu karena mereka selalu saja berbuat kesalahan, menumpuk karma buruk terus menerus, sehingga tidak ada alam yang baik yang bisa mereka datangi, selain alam-alam yang penuh penderitaan itu. Sedikit sekali manusia yang bisa mencapai pencerahan, sedikit sekali manusia yang mau menjalankan hidupnya dengan baik.


Untuk hal-hal yang negatif, banyak sekali peminatnya. Tempat “hiburan” lebih penuh dibandingkan tempat ibadah, jika kita ingin berbuat hal-hal yang kurang baik/hura-hura banyak teman dan keluarga yang mendukung, tapi jika kita sadar terhadap kesalahan yang kita perbuat dan kita mulai menjalani hidup dengan baik serta meninggalkan perbuatan jahat, teman dan keluarga malah banyak yang meninggalkan kita. Hal itu menunjukkan semakin merosotnya sifat asal mereka.


Bagaimana mereka bisa kembali jika terus seperti ini. Mereka lebih suka terjerumus ke dalam jurang yang penuh dengan kebahagiaan semu, dibandingkan mengorbankan waktu dan hidupnya untuk lebih mendalami ajaran Buddha. Mendengarkan Dharma dan ajaran Buddha mungkin membosankan bagi mereka, dibanding dengan mendengarkan dan melihat sesuatu kesenangan duniawi yang memabukkan.


Dulu aku tidak pernah berpikir hal ini, tapi sejak lebih mengenal ajaran Buddha, aku baru merasakan seperti apa penderitaan hidup di dunia ini. Kebahagiaan yang di dapat di dunia ini bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya, bahkan kebahagiaan yang didapat hanya sesaat, dan disaat mendapatkan kebahagiaan sesaat itu, tanpa disadari telah banyak mengorbankan diri sendiri dan orang lain.