( 20/6-2011) Siang ini, kira kira pukul 11. Aku kembali menjalankan tugasku untuk pergi ke Alam Binatang. Beberapa hari ini aku tidak bisa menjalaninya, karena banyak yang harus aku lakukan untuk acara-acara di cetya Sukhavati Prajna, dan sepertinya Kaisar Langit mengetahui kesibukanku itu, sehingga aku tidak merasakan panggilan darinya untuk menjalankan tugas yang Kaisar Langit berikan.
Baru hari ini lagi aku merasakan panggilanNya, setelah kemarin selesai mengadakan acara ulang tahun cetya dan Mahaguru tanggal 18 bulan 5 lunar. Aku duduk bersila di ruang kerjaku, karena pada saat ini aku tidak terikat lagi dengan tempat/lokasi saat bermeditasi, aku dapat bermeditasi dimana saja secara spontan dan alamiah serta dalam situasi apapun.
Seperti biasa aku tertunduk dan tertidur dalam meditasi, ada seekor binatang yang bersayap kecil terbang menghampiriku, dia mengajakku ikut terbang bersamanya. Aku ikuti arah terbangnya, setelah beberapa lama, aku telah tiba di suatu tempat.
Disana banyak sekali lalat-lalat yang sedang mengerumuni sesuatu, setelah aku melihat dengan lebih dekat, ternyata mereka semua sedang berkerumun di sebuah daging yang hampir membusuk, aku sepertinya juga mencium bau busuknya, membuat aku agak mual dan jijik.
Lalu aku segera mengalihkan pandanganku ke lalat yang tadi membawa aku ketempat ini. Lalat itu berkata kepadaku :
“Desi, aku Lalat Pemburu. Aku yang memimpin semua lalat-lalat prajurit. Saat ini kau telah berada di alam kami.“
“Apa Alam Lalat seperti ini ?”
“Iya, inilah tempat kami. Seperti yang kau lihat itu.”
“Kenapa begitu, apa tidak ada tempat yang lebih baik lagi ?”
“Tempat itu sesuai dengan perbuatan yang kami lakukan. Awalnya kami adalah larva yang berasal dari makanan yang mulai membusuk, setelah itu larva akan berubah menjadi ulat kecil/belatung, setelah beberapa lama belatung itu akan mengeras dan membentuk seperti kepompong seperti kupu-kupu, barulah muncul anak-anak lalat. Tapi kami berbeda dengan kupu-kupu, kupu-kupu lebih bersih dari kami karena mereka dari ulat pohon.“
“Haa, begitu ya. Sebelumnya dari mana asal kalian ?”
“Sebelum terlahir menjadi larva lalat dan menjadi seekor lalat, kami adalah manusia yang berbuat kesalahan selama hidup di dunia. Tidak ubahnya seperti lalat yang mengerumuni makanan, kami dulu juga seperti itu. Mengkhianati teman dan keluarga sendiri dengan menguras harta keluarga dan “menusuk” teman sendiri dari belakang. Pada saat itu kami tidak memperdulikan orang lain yang kami khianati, walaupun itu keluarga dan teman kami sendiri.“
“Apakah seperti Nyamuk ?“
“Tidak, kami berbeda. Karma buruk yang dilakukan mereka berbeda dengan kami.”
“Apakah kalian juga punya Ratu Lalat seperti di Alam Rayap dan Tawon ?”
“Tidak ada Ratu Lalat dalam alam kami, kami berdiri sendiri dan hanya sibuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Walau kelihatannya kami berkumpul, tapi kami saling tidak memperhatikan dan perduli satu sama lainnya. Hal ini mencerminkan diri kami saat menjadi manusia.”
“Seperti itu ya, tapi apakah manusia di dunia banyak yang berbuat salah seperti itu ? Karena aku melihat banyak sekali lalat berkerumun di tempat sampah.“
“Begitulah, mungkin kau tidak mengetahuinya. Tapi banyaknya lalat di dunia, sama banyaknya dengan manusia di dunia yang berhati busuk dan tercela.“
“Berapa lama hidup di Alam Lalat ?“
“Hanya beberapa hari saja.”
“Oh, sebentar sekali. Setelah itu apa bisa langsung terlahir menjadi manusia lagi ?”
“Kami harus masuk ke dalam neraka terlebih dahulu, setelah hukuman telah selesai baru terlahir di alam lalat. Saat menjadi lalat, karena kekenyangan makan kami bisa mati. Setelah itu baru bisa terlahir lagi menjadi manusia.”
“Hukuman apa yang kalian jalani di Alam Neraka ?”
“Kau sudah pernah ke Alam Neraka bukan, kau pasti tahu apa hukuman yang diterima. Aku tidak bisa menceritakan mengenai hal itu, karena tugasku hanya memberitahukan mengenai alamku kepadamu.”
“Baiklah, aku mengerti.”
“Desi, aku beritahu ya. Kebanyakan kami terlahir dari makanan bernyawa seperti daging. Banyak manusia yang berpenyakit kanker, gangguan pencernaan dan penyakit kulit karena disebabkan makan-makanan bernyawa. Dan tidak semuanya sakit seperti itu karena karma buruk mereka.“
“Loh... kenapa begitu ? Bukankah daging yang sudah dimasak tidak masalah untuk dimakan dan kumannya sudah mati.”
“Larva yang tinggal di dalam daging yang sudah dimasak, memang sebagian mati pada saat itu, tapi ada sebagian larva yang masih bisa hidup karena memiliki selaput pelindung tubuh yang lebih kuat, bahkan kadang larva yang sepertinya mati saat dimasak, bisa hidup kembali di dalam tubuh manusia. Itulah yang menyebabkan kuman bersarang di tubuh manusia dan menjadi penyakit dan racun di dalam tubuh. Saat manusia mati tubuhnya akan segera membusuk dengan cepat dan muncul larva yang berubah menjadi ulat/belatung, kadang juga tubuh manusia bisa tumbuh ulat/belatung walaupun manusia itu masih hidup.”
“Manusia yang tubuhnya muncul ulat/belatung saat masih hidup, bukannya karena terkena kiriman guna-guna ?”
“Tidak semuanya, sebagian karena makan-makanan bernyawa. Terlebih lagi mereka yang makan-makanan bernyawa yang masih mentah dan belum dimasak, resikonya lebih besar dihinggapi larva lalat.“
“Mengerikan sekali, jadi apa semua orang harus vegetarian dan tidak makan daging ?“
“Kau tahu bagaimana cara memurnikan makanan ? dengan begitu bisa menyeberangkan mereka lebih dulu sebelum dimakan, jadi tidak bersarang di dalam tubuh dan menjadi penyakit.”
“Ya, ya... aku tahu.“
“Desi, semoga kau bisa menuliskan semua ini dengan baik, agar banyak manusia yang mengetahui mengenai alam ini, dan bisa menyadarkan mereka. Supaya mereka tidak terlahir di alam lalat ini.”
“Ya... aku akan ceritakan hal ini. Terima kasih atas petunjuknya.”
Setelah banyak berbicara dengan Lalat Pemburu itu, aku pergi dari alam lalat itu untuk kembali. Dan Aku telah terbangun dari meditasi tidurku.
Begitulah perjalananku kealam lalat, semuanya terjadi secara cepat dan tidak diduga. Sama sekali tanpa aku pikirkan dan aku rencanakan, rahasia-rahasia alam binatang satu persatu aku ketahui.
Kadang aku berpikir, saat sudah mencapai tingkatan seperti ini, aku seperti tidak merasakan apa-apa, bimbingan yang aku dapatkan tidaklah seperti dulu saat awal berkontak batin dengan para Dewa.
Sekarang ini, aku lebih dikonsentrasikan pada pengembangan cetya Sukhavati Prajna dan penulisan buku-buku Dharma. Bisa seperti ini, terjadi secara alami. Aku tidak pernah memaksakan diri melatihnya, ataupun berusaha mencari tahu secara membabi buta.
Aku merasa, semua pengalaman ini datang dengan sendirinya, mengalir seperti air. Kadang bergelombang besar, kadang beriak kecil, kadang pula seperti tidak bergerak. Dari awalnya terdorong untuk membaca mantera dan bermeditasi, berjodoh dengan ajaran Buddha, terbukanya mata ketiga, mengetahui jati diri, mendapatkan bimbingan dari para Bodhisattva dan Dewa, pernapasan botol, terbangkitnya Api Kundalini, merasakan Rasa Dharma, terbukanya lima cakra, roh keluar dari tubuh dan pergi ke alam lain, penyatuan dengan Buddha-Bodhisattva dan bisa membelah tubuh. Semua itu timbul dengan sendirinya dan tidak pernah aku harapkan sama sekali.
Aku mensyukuri atas semua yang telah aku dapatkan, dan berusaha untuk mengamalkannya untuk kebahagiaan semua makhluk. Sesuai dengan Sumpah Bodhi yang telah aku ikrarkan dihadapan para Buddha-Bodhisattva, aku berusaha untuk menjalankan semua tugas yang diberikan dengan baik. Berusaha untuk tetap teguh dan tidak mundur menjalaninya,
Semoga pembinaan diri yang aku lakukan selama ini, bisa memberikan motivasi bagi para insan untuk berbuat lebih baik dalam hidup mereka di dunia ini dan mau mulai membina dirinya, agar segala karma buruk di kehidupan sebelumnya bisa terkikis dan terhapus, mengumpulkan pahala kebajikan dikehidupan ini, agar terlahir di alam yang lebih baik, kembali ke tempat asal dan mencapai keBuddhaan.
Baru hari ini lagi aku merasakan panggilanNya, setelah kemarin selesai mengadakan acara ulang tahun cetya dan Mahaguru tanggal 18 bulan 5 lunar. Aku duduk bersila di ruang kerjaku, karena pada saat ini aku tidak terikat lagi dengan tempat/lokasi saat bermeditasi, aku dapat bermeditasi dimana saja secara spontan dan alamiah serta dalam situasi apapun.
Seperti biasa aku tertunduk dan tertidur dalam meditasi, ada seekor binatang yang bersayap kecil terbang menghampiriku, dia mengajakku ikut terbang bersamanya. Aku ikuti arah terbangnya, setelah beberapa lama, aku telah tiba di suatu tempat.
Disana banyak sekali lalat-lalat yang sedang mengerumuni sesuatu, setelah aku melihat dengan lebih dekat, ternyata mereka semua sedang berkerumun di sebuah daging yang hampir membusuk, aku sepertinya juga mencium bau busuknya, membuat aku agak mual dan jijik.
Lalu aku segera mengalihkan pandanganku ke lalat yang tadi membawa aku ketempat ini. Lalat itu berkata kepadaku :
“Desi, aku Lalat Pemburu. Aku yang memimpin semua lalat-lalat prajurit. Saat ini kau telah berada di alam kami.“
“Apa Alam Lalat seperti ini ?”
“Iya, inilah tempat kami. Seperti yang kau lihat itu.”
“Kenapa begitu, apa tidak ada tempat yang lebih baik lagi ?”
“Tempat itu sesuai dengan perbuatan yang kami lakukan. Awalnya kami adalah larva yang berasal dari makanan yang mulai membusuk, setelah itu larva akan berubah menjadi ulat kecil/belatung, setelah beberapa lama belatung itu akan mengeras dan membentuk seperti kepompong seperti kupu-kupu, barulah muncul anak-anak lalat. Tapi kami berbeda dengan kupu-kupu, kupu-kupu lebih bersih dari kami karena mereka dari ulat pohon.“
“Haa, begitu ya. Sebelumnya dari mana asal kalian ?”
“Sebelum terlahir menjadi larva lalat dan menjadi seekor lalat, kami adalah manusia yang berbuat kesalahan selama hidup di dunia. Tidak ubahnya seperti lalat yang mengerumuni makanan, kami dulu juga seperti itu. Mengkhianati teman dan keluarga sendiri dengan menguras harta keluarga dan “menusuk” teman sendiri dari belakang. Pada saat itu kami tidak memperdulikan orang lain yang kami khianati, walaupun itu keluarga dan teman kami sendiri.“
“Apakah seperti Nyamuk ?“
“Tidak, kami berbeda. Karma buruk yang dilakukan mereka berbeda dengan kami.”
“Apakah kalian juga punya Ratu Lalat seperti di Alam Rayap dan Tawon ?”
“Tidak ada Ratu Lalat dalam alam kami, kami berdiri sendiri dan hanya sibuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Walau kelihatannya kami berkumpul, tapi kami saling tidak memperhatikan dan perduli satu sama lainnya. Hal ini mencerminkan diri kami saat menjadi manusia.”
“Seperti itu ya, tapi apakah manusia di dunia banyak yang berbuat salah seperti itu ? Karena aku melihat banyak sekali lalat berkerumun di tempat sampah.“
“Begitulah, mungkin kau tidak mengetahuinya. Tapi banyaknya lalat di dunia, sama banyaknya dengan manusia di dunia yang berhati busuk dan tercela.“
“Berapa lama hidup di Alam Lalat ?“
“Hanya beberapa hari saja.”
“Oh, sebentar sekali. Setelah itu apa bisa langsung terlahir menjadi manusia lagi ?”
“Kami harus masuk ke dalam neraka terlebih dahulu, setelah hukuman telah selesai baru terlahir di alam lalat. Saat menjadi lalat, karena kekenyangan makan kami bisa mati. Setelah itu baru bisa terlahir lagi menjadi manusia.”
“Hukuman apa yang kalian jalani di Alam Neraka ?”
“Kau sudah pernah ke Alam Neraka bukan, kau pasti tahu apa hukuman yang diterima. Aku tidak bisa menceritakan mengenai hal itu, karena tugasku hanya memberitahukan mengenai alamku kepadamu.”
“Baiklah, aku mengerti.”
“Desi, aku beritahu ya. Kebanyakan kami terlahir dari makanan bernyawa seperti daging. Banyak manusia yang berpenyakit kanker, gangguan pencernaan dan penyakit kulit karena disebabkan makan-makanan bernyawa. Dan tidak semuanya sakit seperti itu karena karma buruk mereka.“
“Loh... kenapa begitu ? Bukankah daging yang sudah dimasak tidak masalah untuk dimakan dan kumannya sudah mati.”
“Larva yang tinggal di dalam daging yang sudah dimasak, memang sebagian mati pada saat itu, tapi ada sebagian larva yang masih bisa hidup karena memiliki selaput pelindung tubuh yang lebih kuat, bahkan kadang larva yang sepertinya mati saat dimasak, bisa hidup kembali di dalam tubuh manusia. Itulah yang menyebabkan kuman bersarang di tubuh manusia dan menjadi penyakit dan racun di dalam tubuh. Saat manusia mati tubuhnya akan segera membusuk dengan cepat dan muncul larva yang berubah menjadi ulat/belatung, kadang juga tubuh manusia bisa tumbuh ulat/belatung walaupun manusia itu masih hidup.”
“Manusia yang tubuhnya muncul ulat/belatung saat masih hidup, bukannya karena terkena kiriman guna-guna ?”
“Tidak semuanya, sebagian karena makan-makanan bernyawa. Terlebih lagi mereka yang makan-makanan bernyawa yang masih mentah dan belum dimasak, resikonya lebih besar dihinggapi larva lalat.“
“Mengerikan sekali, jadi apa semua orang harus vegetarian dan tidak makan daging ?“
“Kau tahu bagaimana cara memurnikan makanan ? dengan begitu bisa menyeberangkan mereka lebih dulu sebelum dimakan, jadi tidak bersarang di dalam tubuh dan menjadi penyakit.”
“Ya, ya... aku tahu.“
“Desi, semoga kau bisa menuliskan semua ini dengan baik, agar banyak manusia yang mengetahui mengenai alam ini, dan bisa menyadarkan mereka. Supaya mereka tidak terlahir di alam lalat ini.”
“Ya... aku akan ceritakan hal ini. Terima kasih atas petunjuknya.”
Setelah banyak berbicara dengan Lalat Pemburu itu, aku pergi dari alam lalat itu untuk kembali. Dan Aku telah terbangun dari meditasi tidurku.
Begitulah perjalananku kealam lalat, semuanya terjadi secara cepat dan tidak diduga. Sama sekali tanpa aku pikirkan dan aku rencanakan, rahasia-rahasia alam binatang satu persatu aku ketahui.
Kadang aku berpikir, saat sudah mencapai tingkatan seperti ini, aku seperti tidak merasakan apa-apa, bimbingan yang aku dapatkan tidaklah seperti dulu saat awal berkontak batin dengan para Dewa.
Sekarang ini, aku lebih dikonsentrasikan pada pengembangan cetya Sukhavati Prajna dan penulisan buku-buku Dharma. Bisa seperti ini, terjadi secara alami. Aku tidak pernah memaksakan diri melatihnya, ataupun berusaha mencari tahu secara membabi buta.
Aku merasa, semua pengalaman ini datang dengan sendirinya, mengalir seperti air. Kadang bergelombang besar, kadang beriak kecil, kadang pula seperti tidak bergerak. Dari awalnya terdorong untuk membaca mantera dan bermeditasi, berjodoh dengan ajaran Buddha, terbukanya mata ketiga, mengetahui jati diri, mendapatkan bimbingan dari para Bodhisattva dan Dewa, pernapasan botol, terbangkitnya Api Kundalini, merasakan Rasa Dharma, terbukanya lima cakra, roh keluar dari tubuh dan pergi ke alam lain, penyatuan dengan Buddha-Bodhisattva dan bisa membelah tubuh. Semua itu timbul dengan sendirinya dan tidak pernah aku harapkan sama sekali.
Aku mensyukuri atas semua yang telah aku dapatkan, dan berusaha untuk mengamalkannya untuk kebahagiaan semua makhluk. Sesuai dengan Sumpah Bodhi yang telah aku ikrarkan dihadapan para Buddha-Bodhisattva, aku berusaha untuk menjalankan semua tugas yang diberikan dengan baik. Berusaha untuk tetap teguh dan tidak mundur menjalaninya,
Semoga pembinaan diri yang aku lakukan selama ini, bisa memberikan motivasi bagi para insan untuk berbuat lebih baik dalam hidup mereka di dunia ini dan mau mulai membina dirinya, agar segala karma buruk di kehidupan sebelumnya bisa terkikis dan terhapus, mengumpulkan pahala kebajikan dikehidupan ini, agar terlahir di alam yang lebih baik, kembali ke tempat asal dan mencapai keBuddhaan.