Pukul 12 siang, langit mendung dan guntur bergemuruh, sepertinya akan turun hujan. Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan dan cuacanya panas sekali. Sampai-sampai aku tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari karena perubahan cuaca ini.
Setelah mendengar gemuruh dilangit, ada perubahan dalam diriku, dengan segera aku duduk bermeditasi di depan altar utama cetya. Ternyata aku akan melakukan perjalanan astral lagi hari ini, karena kepalaku perlahan kembali tertunduk semakin dalam.
Aku melihat cahaya yang agak terang saat telah memasuki samadhi, setelah beberapa lama aku melihat ada sesuatu yang meloncat-loncat. Kaki belakangnya panjang dan daerah yang dilompatinya itu agak basah. Sepertinya dia sedang menungguku dan mengiringku ikut dengannya.
Rupanya sesuatu yang melompat itu adalah seekor katak, aku mengikuti katak itu, aku sama sekali tidak memikirkan hal ini, dan tak pernah menduga akan pergi ke alam ini. Sesampai di tempatnya kami berbincang, katak itu berubah wujud seperti manusia dan mengajakku masuk kedalam, kulihat tempatnya itu seperti sebuah gua kecil.
“Desi, mari masuk“
aku sedikit ragu “Siapa kau, kenapa saya ke sini?”
“Aku adalah Pangeran Katak, kau telah berada di Alam Katak.”
“Alam Katak?!! Pangeran Katak?!! apa itu ada???”
“Ada. Aku adalah Pangeran di alam ini.”
“Koq bisa ada alam seperti ini? tempatnya seperti gua.”
“Desi, tempat tinggalku mungkin lebih mirip sebuah lubang. Berlumpur, basah dan dingin. Aku sebelumnya adalah Dewa.”
“Dewa, Dewa apa? apa semua katak adalah Dewa sebelumnya?”
“Desi, sebelumnya aku adalah Dewa Hujan”
“Apa... bukankah Dewa hujan ada di langit ?”
“Sungguh, aku adalah Dewa hujan sebelumnya, Dewa hujan di langit suka berganti-ganti”
“Kenapa begitu?”
“Karena aku dan Dewa hujan lainnya telah berbuat kesalahan.”
“Kesalahan apa yang kalian lakukan?”
“Saat kami bertugas, kami terlalu berlebihan menurunkan hujan sehingga mencelakai banyak makhluk, sehingga dihukum dan terlahir di alam katak.”
“Katak ada begitu banyak, apa semua katak adalah Dewa hujan?”
“Tidak. Hanya sebagian saja, sebagian lagi berasal dari alam manusia.”
“Tapi bukankah kalian juga melahirkan anak, anak-anak kalian bukan berasal dari alam Dewa?“
“Tidak. Yang kami lahirkan adalah dari alam manusia yang bertumimbal lahir ke alam kami, karena mereka juga berbuat kesalahan selama di dunia.”
“Apa kesalahan yang dilakukan mereka?”
“Mereka suka mencuri isi laut, seperti terumbu karang, ikan dan semua yang berasal dari laut.”
“Oh begitu.”
“Desi, aku mohon kau bisa menceritakan mengenai alam ini pada semua orang, agar mereka tidak berbuat kesalahan, sehingga terlahir di alam ini.”
“Baik, akan saya tuliskan”
“Sebenarnya, tadi kami sedang meminta hujan, karena kami sedang kekeringan.”
“Kalian bisa meminta hujan?, memangnya akan dikabulkan?”
“Bisa. Karena kami dari Dewa hujan, jika kami minta maka Kaisar Langit akan mengabulkannya. Tubuh kami harus lembab dan basah, jika tidak kami akan kesakitan, itulah penderitaan kami dan kami kadang selalu di makan ular.“
“Kasihan kalian. Kapan kalian bisa tumimbal lahir lagi menjadi manusia?”
“Masih lama, sekitar 500 tahun lagi.”
“Ha.. lama sekali. Memangnya usia katak sampai begitu lama ?”
“Tidak. Itu hanya untuk pemimpin di alam ini, yang lainnya tidak.”
“Oh begitu, berarti penderitaan kamu masih lama di alam ini.”
“Desi, beritahukanlah pada banyak orang untuk berbuat kebajikan dan jangan berbuat kejahatan, karena jika berbuat jahat maka akan menderita seperti kami.”
Lalu pembicaraan kami terhenti, karena semakin lama aku semakin menjauh, jauh dari alam itu dan aku kembali melihat sinar terang lagi tapi itu adalah sinar terang di alamku ini.