Pukul 11 siang, aku kembali duduk bermeditasi, walaupun aku merasakan perubahan roh dalam diriku, tapi entah kenapa belakangan ini aku agak tidak bersemangat melakukan apapun. Tak ada ide, tak ada keinginan dan tak ada yang diharapkan rasanya. Hari ini entah kenapa aku sedikit merasakan hampa.
Perasaan hampa ini berbeda dengan perasaan hampa yang pernah ku alami sebelumnya. Aku merenungi tentang jalan hidupku, apakah memang ini semua adalah jalan hidup yang harus kutempuh ?, Aku tidak bisa mengekspresikan diriku untuk banyak hal yang ku sukai, aku seperti terbelenggu perasaan sepi dalam hati.
Mungkin tidak ada yang mengetahui perasaanku ini, bahkan aku sendiripun tidak tahu apa yang aku rasakan, karena sulit untuk diungkapkan dan dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin aku akan dibilang egois hanya memikirkan ego sendiri, tapi aku sama sekali tidak pernah menyakiti dan menyusahkan orang lain.
Tapi kenapa sepertinya aku selalu berbuat kesalahan dan semua berhak menuntut diriku, dan aku tidak berdaya untuk menghindarinya. Apakah artinya Vajra Acharya? Apakah artinya nama Buddha Sukhavati Prajna? Apakah tanpa aku sadari, aku telah menengelamkan diriku sendiri kedalam belenggu ini? Apakah dengan bodohnya aku menyusahkan dan mempersulit diriku sendiri?. Aku bagaikan seseorang yang tahu tujuan, tapi tak tau jalan menuju kesana. Rasanya... aku seperti sendirian.
Menjadi seorang Bodhisattva, benarkah tidak memikirkan perasaan diri sendiri lagi? Benarkah harus rela mengorbankan hati dan perasaannya demi kebahagiaan semua makhluk? Saat aku sedang merenungi hal ini dalam meditasi, tanpa kusadari aku telah masuk ke alam binatang, aku melihat sesuatu yang berwarna hitam dengan kepala agak bulat dan sepertinya ada sepasang antena di atas kepalanya.
Binatang itu berjalan diatas daun yang berada di dekat air. Aku mengikutinya, lalu setelah beberapa saat binatang itu bicara padaku :
“Desi, aku Bekicot. Kau berada di Alamku.”
“Oh... kau sama dengan Keong dan sejenisnya ?”
“Ya, dunia kami sama, tapi sebab akibat yang membuat wujud kami berbeda.”
“Apa bedanya ?”
“Dulu kami adalah manusia, karena saat menjadi manusia kami suka mencuri, jadi kami terlahir di alam ini.”
“Mencuri apa ?”
“Mencuri yang kecil-kecil, uang di saku, uang kantor tempat kami bekerja.”
“Lalu bagaimana dengan Keong ?“
“Bangsa Keong masih lebih baik dari kami, masih punya banyak kaki untuk berlari, sedang kami berjalan lambat sekali, karena setelah mencuri kami berusaha melarikan diri untuk menyembunyikan diri, keong masih lumayan tapi dia hanya bisa berlari maju dan tidak bisa mundur.”
“Berapa lama hidup di alam ini ?“
“Tidak lama, mungkin dalam hitungan bulan saja.“
“Setelah itu akan terlahir di mana ?”
“Jadi manusia lagi, tapi saat itu tangan kami pasti cacat dan tidak sempurna, sehingga tidak bisa digunakan dengan maksimal.”
“Bagaimana dengan perampok, mereka juga terlahir di alam ini ?”
“Tidak mereka akan masuk neraka terlebih dulu.”
“Oh...”
“Beritahukanlah pada manusia agar jangan mencuri, mencuri kecil-kecil bisa terlahir di alam ini, jika mencuri besar besaran akan masuk neraka.“
Itulah perkataan Bekicot, aku mendengar suaranya semakin mengecil, karena aku sudah perlahan keluar dari alam itu.